Daun Kelor Untuk Kesehatan
Manfaat dan Khasiat Kelor
Kelor memiliki banyak manfaat bagi manusia. Berbagai bagian dari tanaman kelor bisa dimakan. Cara memanfaatkan kelor juga sangat bervariasi, mulai dari biji polong muda atau disebut “stik drum”, sangat populer di Asia dan Afrika. Untuk bagian daun kelor, dimanfaatkan khususnya di Kamboja, Filipina, India Selatan dan Afrika. Biji matang, dan minyak dari biji serta akar kelor.
Di beberapa daerah, polong muda yang paling sering dimakan, sedangkan daun kelor adalah bagian paling umum digunakan. Bunganya dapat dimakan saat dimasak dan terasa seperti jamur. Kulit kayu, getah, akar, daun, biji, minyak, dan bunga digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa negara. Di Jamaika, getah digunakan untuk pewarna biru alami.
Perbandingan kandungan kelor dan makanan lainnya
Nutrisi makanan – Jenis Makanan Umum – Kandungan Daun kelor
Vitamin A – wortel – 1,8 mg – 6,8 mg
Kalsium – Susu – 120 mg – 440 mg
Kalium – pisang – 88 mg – 259 mg
Protein – Yogurt – 3,1 g – 6,7 g
Vitamin C – Jeruk – 30 mg – 220 mg
Secara tradisional daun kelor dimasak dan digunakan seperti bayam. Selain digunakan segar sebagai pengganti bayam, daun biasanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk digunakan dalam sup dan saus. Sebagai catatan Penting untuk diingat bahwa seperti kebanyakan tanaman kelor pemanasan di atas 60 derajat celcius dapat menghancurkan beberapa nilai gizi.
“Moringa atau kelor sekarang begitu terkenal sehingga tampaknya tidak ada keraguan dari manfaat kesehatan yang besar untuk direalisasikan oleh konsumsi serbuk daun kelor dalam situasi di mana kelaparan sudah makin dekat”
Kelor sangat menjanjikan sebagai sumber makanan di daerah tropis karena pohon memiliki daun yang penuh pada musim kering dan ketika makanan lain biasanya langka.
Daun kelor terus dilakukan penelitian untuk mengungkapkan sifat potensi nutrisi dan fitokimia, termasuk di antaranya termasuk efek antibakteri secara in vitro, toleransi glukosa meningkat pada model tikus diabetes, penghambatan Epstein-Barr aktivitas virus in vitro dan pengurangan papiloma kulit pada tikus.
Daun Kelor, Ratu Vitamin A
Setelah membaca artilek ini, Anda harus berfikir ulang meminum supplement vitamin A untuk menjaga kesehatan mata. Daun kelor (Moringa oleifera) ternyata sangat kaya akan kandungan vitamin A dibandingka wortel
Sekilas daun kelor mirip dengan daun katuk, bentuknya bulat dan berwarna hijau. Tanaman daun kelor merupakan pohon berkayu yang tingginya bisa mencapai 6 meter. Biji tanaman kelor yang sudah tua bisa dimanfaatkan sebagai penjernih air sumur yang keruh. Sedangkan daun kelor enak dimakan menjadi beragam masakan.
Keunggulan daun kelor terletak pada kandungan nutrisinya yang luar biasa, terutama golongan mineral dan vitamin. Setiap 100 g daun kelor mengandung 3390 SI vitamin A. Dua kali lebih tinggi dari bayam dan tigapuluh kali lebih tinggi dari buncis. Daun kelor juga tinggi kalsium, sekitar 440 mg/100 g, serta fosfor 70 mg/100 g. Aroma daun kelor agak langu, namun aroma berkurang ketika daun mudanya diolah menjadi sayur bening atau sayur bobor.
Beberapa teman yang mengalami tekanan darah tinggi dan kolesterol pada saat cek up tahunan juga menyatakan bahwa tekanan darah dan kolesterolnya normal kembali setelah mengonsumsi kapsul tersebut. Dan masih banyak pengalaman-pengalaman yang lain dari teman-teman yang telah mengonsumsi kapsul daun kelor tersebut.
sumber : Budi Sutomo dan lain-lain
Kelor memiliki banyak manfaat bagi manusia. Berbagai bagian dari tanaman kelor bisa dimakan. Cara memanfaatkan kelor juga sangat bervariasi, mulai dari biji polong muda atau disebut “stik drum”, sangat populer di Asia dan Afrika. Untuk bagian daun kelor, dimanfaatkan khususnya di Kamboja, Filipina, India Selatan dan Afrika. Biji matang, dan minyak dari biji serta akar kelor.
Di beberapa daerah, polong muda yang paling sering dimakan, sedangkan daun kelor adalah bagian paling umum digunakan. Bunganya dapat dimakan saat dimasak dan terasa seperti jamur. Kulit kayu, getah, akar, daun, biji, minyak, dan bunga digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa negara. Di Jamaika, getah digunakan untuk pewarna biru alami.
Manfaat Kelor
Daun kelor adalah bagian paling bergizi dari tanaman kelor sendiri, merupakan sumber penting vitamin B6, vitamin C, provitamin A sebagai beta-karoten, magnesium dan protein antara nutrisi lain yang telah diteliti di lab. oleh USDA. Jika dibandingkan dengan makanan umum, daun kelor sangat tinggi dalam kandungan nutrisi nya :Perbandingan kandungan kelor dan makanan lainnya
Nutrisi makanan – Jenis Makanan Umum – Kandungan Daun kelor
Vitamin A – wortel – 1,8 mg – 6,8 mg
Kalsium – Susu – 120 mg – 440 mg
Kalium – pisang – 88 mg – 259 mg
Protein – Yogurt – 3,1 g – 6,7 g
Vitamin C – Jeruk – 30 mg – 220 mg
Secara tradisional daun kelor dimasak dan digunakan seperti bayam. Selain digunakan segar sebagai pengganti bayam, daun biasanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk digunakan dalam sup dan saus. Sebagai catatan Penting untuk diingat bahwa seperti kebanyakan tanaman kelor pemanasan di atas 60 derajat celcius dapat menghancurkan beberapa nilai gizi.
Khasiat Kelor Memerangi Kekurangan Gizi
Pohon dan daun kelor telah digunakan untuk memerangi kekurangan gizi, terutama pada bayi dan ibu menyusui. Berbagai lembaga LSM internasional Trees for Life, Educational Concerns for Hunger Organization, dan Volunteer Partnerships for West Africa – telah menganjurkan kelor sebagai solusi mengatasi kelaparan. Salah satu penulis menyatakan bahwa kelor adalah nutrisi alami untuk daerah tropis.“Moringa atau kelor sekarang begitu terkenal sehingga tampaknya tidak ada keraguan dari manfaat kesehatan yang besar untuk direalisasikan oleh konsumsi serbuk daun kelor dalam situasi di mana kelaparan sudah makin dekat”
Kelor sangat menjanjikan sebagai sumber makanan di daerah tropis karena pohon memiliki daun yang penuh pada musim kering dan ketika makanan lain biasanya langka.
Daun kelor terus dilakukan penelitian untuk mengungkapkan sifat potensi nutrisi dan fitokimia, termasuk di antaranya termasuk efek antibakteri secara in vitro, toleransi glukosa meningkat pada model tikus diabetes, penghambatan Epstein-Barr aktivitas virus in vitro dan pengurangan papiloma kulit pada tikus.
Daun Kelor sebagai obat tradisional
Kelor telah digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional, termasuk obat tradisional Ayurvedic dan di Filipina, Afrika dan Indonesia. Daun kelor dapat diberikan kepada ibu menyusui untuk dapat meningkatkan laktasi atau produksi ASI.
Daun Kelor, Ratu Vitamin A
Setelah membaca artilek ini, Anda harus berfikir ulang meminum supplement vitamin A untuk menjaga kesehatan mata. Daun kelor (Moringa oleifera) ternyata sangat kaya akan kandungan vitamin A dibandingka wortel
Sekilas daun kelor mirip dengan daun katuk, bentuknya bulat dan berwarna hijau. Tanaman daun kelor merupakan pohon berkayu yang tingginya bisa mencapai 6 meter. Biji tanaman kelor yang sudah tua bisa dimanfaatkan sebagai penjernih air sumur yang keruh. Sedangkan daun kelor enak dimakan menjadi beragam masakan.
Keunggulan daun kelor terletak pada kandungan nutrisinya yang luar biasa, terutama golongan mineral dan vitamin. Setiap 100 g daun kelor mengandung 3390 SI vitamin A. Dua kali lebih tinggi dari bayam dan tigapuluh kali lebih tinggi dari buncis. Daun kelor juga tinggi kalsium, sekitar 440 mg/100 g, serta fosfor 70 mg/100 g. Aroma daun kelor agak langu, namun aroma berkurang ketika daun mudanya diolah menjadi sayur bening atau sayur bobor.
Pengalaman khasiat daun kelor
Pengalaman teman-teman dari Papua yang telah mengonsumsi ekstrak daun kelor yang dikemas dalam kapsul menyatakan bahwa kasiat kapsul tersebut sangat luar biasa. Seorang teman bernama Hans yang mengalami kesemutan di tangan sebelah kanan dan telah menjalani medivac di rumah sakit internasional di Jakarta dan belum sembuh kemudian mencoba mengonsumsi kapsul tersebut berangsur-angsur kesemutannya hilang dan sekarang sudah sembuh dan kembali bekerja.Beberapa teman yang mengalami tekanan darah tinggi dan kolesterol pada saat cek up tahunan juga menyatakan bahwa tekanan darah dan kolesterolnya normal kembali setelah mengonsumsi kapsul tersebut. Dan masih banyak pengalaman-pengalaman yang lain dari teman-teman yang telah mengonsumsi kapsul daun kelor tersebut.
sumber : Budi Sutomo dan lain-lain
Nutrisi Daun Kelor
Sebagian besar pendidikan kita tidak dibeikan edukasi apa yang sebenarnya diperlukan untuk mencapai gizi yang optimal. Dan tidak pernah juga diajarkan tentang konsekuensi negatif jika kita miskin akan gizi. Hanya ketika kesehatan kita mulai terganggu akhirnya kita mencari jawaban dan sering membutuhkan waktu untuk mempelajari dan menganalisa lebih lanjut.
Sayangnya, kebanyakan dokter juga masuk ke dalam kategori di atas juga. Dokter diajarkan bagaimana mengenali dan melawan penyakit, tetapi sering kali tidak mengetahui bagaimana untuk mencegahnya. Akibatnya selalu ada masalah serius dalam gizi dan asupan kita sebelum penyakit benar-benar menyerang.
Unsur-unsur gizi yang harus harus didapat melalu makanan atau suplemen, mengandung puluhan unsur gizi yang diperlukan, tetapi mereka dapat dibagi menjadi apa yang disebut “5 Komponen Nutrisi”, karena tidak peduli seberapa banyak kita makan, seringkali makanan modern tidak menyediakan nutrisi dalam jumlah yang benar-benar kita butuhkan. Berikut ringkasannya :
Sayangnya, kebanyakan dokter juga masuk ke dalam kategori di atas juga. Dokter diajarkan bagaimana mengenali dan melawan penyakit, tetapi sering kali tidak mengetahui bagaimana untuk mencegahnya. Akibatnya selalu ada masalah serius dalam gizi dan asupan kita sebelum penyakit benar-benar menyerang.
Unsur-unsur gizi yang harus harus didapat melalu makanan atau suplemen, mengandung puluhan unsur gizi yang diperlukan, tetapi mereka dapat dibagi menjadi apa yang disebut “5 Komponen Nutrisi”, karena tidak peduli seberapa banyak kita makan, seringkali makanan modern tidak menyediakan nutrisi dalam jumlah yang benar-benar kita butuhkan. Berikut ringkasannya :
- Vitamin dan Mineral yang diperlukan untuk membangun segala sesuatu dari tubuh kita untuk pembekuan darah dan produksi energi. Sebagian besar vitamin dan semua mineral sangat penting.
- Tubuh fisik kita dibangun dari protein. Protein ini dibangun dengan sembilan blok bangunan dasar yang dikenal dengan asam amino esensial.
- Antioksidan. Polusi, pestisida dan berbagai partikel lainnya membombardir kita setiap hari. Ini adalah hanya beberapa dari radikal bebas yang kita ketahui sekarang sangat merusak. Satu-satunya perlindungan terhadap kerusakan radikal bebas ada dalam bentuk Antioksidan.
- Senyawa anti-inflamasi adalah perlindungan hanya terhadap peradangan kronis. Sayangnya, obat anti inflamasi memiliki beberapa efek samping yang terburuk dari dunia farmasi.
- Nutrisi lain yang diperlukan untuk kesehatan yang optimal adalah Asam Lemak. Mungkin aneh kedengarannya, tetapi diperlukan lemak baik yang aktif membantu menciptakan kesehatan. Saat ini dikenal dengan omega-3 dan omega-6 asam lemak.
Nutrisi daun kelor
Tidak ada keajaiban dalam daun kelor, tetapi riset menyebutkan kelor sebagai “Pohon Ajaib.” Sebuah suplemen daun kelor secara komprehensif memberikan:- Sepuluh vitamin esensial dan sebelas mineral penting.
- Sembilan asam amino esensial lengkap.
- Lebih dari 24 jenis anti-oksidan.
- Lebih dari 24 nutrisi anti-inflamasi.
- Asam lemak Omega-3 dan Omega-6.
Sejuta Khasiat Daun Kelor
Daun Kelor adalah bagian yang mengandung banyak manfaat. Secara umum dapat dikonsumsi karena mengandung gizi dan protein tinggi. Remasan daun dapat juga dimanfaatkan sebagai penutup luka. Daun kelor dapat digiling halus untuk dijadikan bedak penghilang noda dan flek di wajah.
1. Anti inflamasi
Kelor memiliki fungsi pengobatan karena mengandung kalsium dan pospor. Kandungan mineral dan vitamin sangat tinggi dibanding sayuran lainnya. Tidak heran, media asing banyak yang menyebut kelor sebagai “miracle tree” maupun “Tree for Life”.
Dari penelitian daun kelor mamppu menghambat aktifasi NFkB dan menurunkan ekspresi protein tumor.
2. Menurunkan kolesterol jahat
Kelebihan kolesterol dapat memacu berbagai penyakit. Tingginya kadar kolesterol dipicu pola makan yang kurang sehat dan ditambah faktor psikologis seperti stress. Hormon adrenalin dan kostisol dapat memicu produksi kolesterol dalam tubuh.
Penelitian tentang daun kelor membuktikan, bahwa efek dari ekstrak kelor dapat sebanding dengan obat atenolol dalam menurunkan kadar lemak dalam tikus. Penelitian ini masih banyak dilakukan juga terkait peran i2 sitosterol, senyawa bio aktif yang terkandung dalam daun kelor.
3. Mengatasi Nyeri, Letih, Linu
Daun kelor mengandung pterigospermin yang merangsang kulit sehingga dapat berfungsi sebagai param yang manghangatkan. Jika daun kelor dilumat dan dibalur akan mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik.
Manfaat daun kelor ini juga telah dibuktikan dengan mengatasi gizi buruk di afrika. 10 Tahun yang lalu jika kita mendengar ethiopia pasti identik dengan kelaparan. Tapi hari ini berkat daun kelor bersama dengan program PBB dan LSM mampu menuntaskan masalah kelaparan dengan media daun kelor dan pohon kelor.
Daun kelor adalah bahan yang sangat bagus untuk berbagai masakan. Di pedesaan daun kelor dimanfaatkan sebagai campuran sayur asam atau ada juga semacam sayur kelor.
Berikut beberapa khasiat daun kelor :1. Anti inflamasi
Kelor memiliki fungsi pengobatan karena mengandung kalsium dan pospor. Kandungan mineral dan vitamin sangat tinggi dibanding sayuran lainnya. Tidak heran, media asing banyak yang menyebut kelor sebagai “miracle tree” maupun “Tree for Life”.
Dari penelitian daun kelor mamppu menghambat aktifasi NFkB dan menurunkan ekspresi protein tumor.
2. Menurunkan kolesterol jahat
Kelebihan kolesterol dapat memacu berbagai penyakit. Tingginya kadar kolesterol dipicu pola makan yang kurang sehat dan ditambah faktor psikologis seperti stress. Hormon adrenalin dan kostisol dapat memicu produksi kolesterol dalam tubuh.
Penelitian tentang daun kelor membuktikan, bahwa efek dari ekstrak kelor dapat sebanding dengan obat atenolol dalam menurunkan kadar lemak dalam tikus. Penelitian ini masih banyak dilakukan juga terkait peran i2 sitosterol, senyawa bio aktif yang terkandung dalam daun kelor.
3. Mengatasi Nyeri, Letih, Linu
Daun kelor mengandung pterigospermin yang merangsang kulit sehingga dapat berfungsi sebagai param yang manghangatkan. Jika daun kelor dilumat dan dibalur akan mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik.
Manfaat daun kelor ini juga telah dibuktikan dengan mengatasi gizi buruk di afrika. 10 Tahun yang lalu jika kita mendengar ethiopia pasti identik dengan kelaparan. Tapi hari ini berkat daun kelor bersama dengan program PBB dan LSM mampu menuntaskan masalah kelaparan dengan media daun kelor dan pohon kelor.
Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama sekali tidak mengandung zat berbahaya. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun katuk.
Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel.
Dengan perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada bayam. Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau panjang sekalipun.
Mungkin kita patut meniru negara-negara di Afrika untuk membantu mengatasi masalah gizi buruk dengan kelor. Untuk sebagian besar saudara kita, jeruk masih mahal, wortel juga mahal, susu terlalu mahal, yogurt sangat mahal, obat semakin mahal, dokter tambah mahal.
Hanya kelor yang kemungkinan bisa tetap dibuat murah karena menanamnya juga sangat mudah, bisa tetap tumbuh nyaris tanpa perawatan, dan mulai bisa dipanen pada umur yang cukup singkat. Tancapkan saja beberapa batang kelor di sembarang jenis tanah dan tunggu 2 atau 3 bulan, daunnya sudah mulai bisa dipetik untuk dimanfaatkan. Dalam 40 hari berikutnya, trubusnya sudah bisa diambil lagi dan begitu seterusnya sampai generasi anak cucu.
Lain dulu lain sekarang. Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya sebagai “tree for life”. Memang mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh, bisa digunakan sebagai obat ketika kita sakit, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang kita minum. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di dunia angan-angan, namun kenyataannya memang ada.
Adalah Lowell Fuglie, seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di Senegal, yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi daun kelor. Pada akhir tahun 90an orang ini mulai meneliti daun kelor dan menemukan bukti bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk sekalipun masih bisa dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara mengonsumsi daun kelor. Hasil penelitian si Lowell ini sekarang banyak dimanfaatkan oleh banyak negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun kelor di negara-negara Afrika merupakan kampanye yang intensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya masyarakat. Tak kurang dari seorang sekjen PBB (Kofi Annan pada waktu itu) ikut mendukung sosialisasi penggunaan daun kelor untuk memerangi gizi buruk.
Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel.
Dengan perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada bayam. Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau panjang sekalipun.
Mungkin kita patut meniru negara-negara di Afrika untuk membantu mengatasi masalah gizi buruk dengan kelor. Untuk sebagian besar saudara kita, jeruk masih mahal, wortel juga mahal, susu terlalu mahal, yogurt sangat mahal, obat semakin mahal, dokter tambah mahal.
Hanya kelor yang kemungkinan bisa tetap dibuat murah karena menanamnya juga sangat mudah, bisa tetap tumbuh nyaris tanpa perawatan, dan mulai bisa dipanen pada umur yang cukup singkat. Tancapkan saja beberapa batang kelor di sembarang jenis tanah dan tunggu 2 atau 3 bulan, daunnya sudah mulai bisa dipetik untuk dimanfaatkan. Dalam 40 hari berikutnya, trubusnya sudah bisa diambil lagi dan begitu seterusnya sampai generasi anak cucu.
Lain dulu lain sekarang. Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya sebagai “tree for life”. Memang mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh, bisa digunakan sebagai obat ketika kita sakit, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang kita minum. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di dunia angan-angan, namun kenyataannya memang ada.
Adalah Lowell Fuglie, seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di Senegal, yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi daun kelor. Pada akhir tahun 90an orang ini mulai meneliti daun kelor dan menemukan bukti bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk sekalipun masih bisa dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara mengonsumsi daun kelor. Hasil penelitian si Lowell ini sekarang banyak dimanfaatkan oleh banyak negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun kelor di negara-negara Afrika merupakan kampanye yang intensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya masyarakat. Tak kurang dari seorang sekjen PBB (Kofi Annan pada waktu itu) ikut mendukung sosialisasi penggunaan daun kelor untuk memerangi gizi buruk.
Daun Kelor Makin Populer
Setahun terakhir, kelor atau Moringa oleifera (sinonim *Guilandina moringa*)memang naik daun. Indikasinya antara lain kian banyak pasien yang memanfaatkan kelor. Damar Novaldi dan Hartadi hanya sebagian kecil yang merasakan khasiat daun kelor. Kelor juga mujarab mengatasi beragam penyakit lain seperti hepatitis, hiperlipidemia alias kolesterol tinggi, dan jantung. Pemanfaatan kelor sebagai herbal “tak terdengar” bila dibandingkan brotowali Tinospora crispa, sambiloto Andrographis paniculata, atau temuputih Curcuma zedoaria.
Biji klenthang alias polong kelor populer sebagai penjernih air. Namun, siapa sangka di balik itu semua daun kelor manjur sebagai panasea alias obat untuk beragam penyakit. Riset ilmiah mendukung kuat bukti empiris itu. Begitu dahsyatnya khasiat daun kelor mengatasi aneka penyakit. Harap mafhum, daun pohon stik drum itu memang mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap.
Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg; sedangkan pada daun kering, 1.325 mg. Menurut Dr Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg (kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci kesehatan hati yang banyak berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional, dan insomnia.
Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor segar mengandung 492 mg leusin berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas kebutuhan leusin
adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.
Itu hanya sebagian kecil senyawa aktif pada daun kelor. Padahal, selain daun, bagian lain pada tanaman itu juga tak kalah berkhasiat.
Kulit batang Moringa oleifera, umpamanya, berkhasiat antitumor. Pantas bila kini makin banyak herbalis yang meresepkan daun kelor. Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, misalnya, meresepkan daun kelor untuk para pasien beragam penyakit seperti hiperlipidemia dan pendarahan.
Lina memberikan kelor kepada Asih Susilowati yang keguguran. Peran kelor membantu produksi sel darah merah akibat kehilangan darah saat keguguran, memperkuat rahim, dan saluran indung telur. Sebulan setelah rutin mengonsumsi rebusan daun kelor, Asih hamil. Ia melahirkan dengan selamat sembilan bulan kemudian.
Itu bukti bahwa kelor memang tanaman serbaguna: daun, kulit batang, polong, akar, bahkan getahnya pun berkhasiat obat.
(*Sardi Duryatmo/Peliput: Andari Titisari, Imam Wiguna, Pranawita Karina, & Tri Susanti*)
Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg; sedangkan pada daun kering, 1.325 mg. Menurut Dr Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg (kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci kesehatan hati yang banyak berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional, dan insomnia.
Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor segar mengandung 492 mg leusin berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas kebutuhan leusin
adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.
Itu hanya sebagian kecil senyawa aktif pada daun kelor. Padahal, selain daun, bagian lain pada tanaman itu juga tak kalah berkhasiat.
Kulit batang Moringa oleifera, umpamanya, berkhasiat antitumor. Pantas bila kini makin banyak herbalis yang meresepkan daun kelor. Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, misalnya, meresepkan daun kelor untuk para pasien beragam penyakit seperti hiperlipidemia dan pendarahan.
Lina memberikan kelor kepada Asih Susilowati yang keguguran. Peran kelor membantu produksi sel darah merah akibat kehilangan darah saat keguguran, memperkuat rahim, dan saluran indung telur. Sebulan setelah rutin mengonsumsi rebusan daun kelor, Asih hamil. Ia melahirkan dengan selamat sembilan bulan kemudian.
Tren daun kelor
Pemanfaatan kelor untuk herbal kini terbukti kian meluas di berbagai daerah. Kondisi itu mendorong Muslihuddin dan Gatot Santosa membuka kebun kelor 1 ha di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Agustus 2009. Jangan bayangkan tanaman kelor yang tinggi menjulang. Kelor budidaya tak lebih dari 75 cm karena pekebun kerap memanen seperti teh. Dari kebun itulah mereka mengekstrak kelor. Produksinya baru 200 botol – masing-masing 30 kapsul – per bulan.Itu bukti bahwa kelor memang tanaman serbaguna: daun, kulit batang, polong, akar, bahkan getahnya pun berkhasiat obat.
(*Sardi Duryatmo/Peliput: Andari Titisari, Imam Wiguna, Pranawita Karina, & Tri Susanti*)
Mengenal Kelor
Dunia tak selebar daun kelor
seringkali kita mendengar pepatah yang satu ini yang diartikan sebagai dunia ini amatlah sempit, bahkan tak cukup lebih besar daripada daun kelor yang luasnya kira-kira hanya seluas kuku orang dewasa saja. Daun kelor memang kecil, dalam satu tangkai biasanya daunnya berkelompok dan terlihat rimbun. Daun kelor ini sudah lama dikenal nenek moyang. Orang Madura menyebutnya sebagai Maronggih, Di daerah Sunda dan Melayu ia disebut kelor, di Aceh ia disebut murong, orang Ternate mengenalnya sebagai kelo, di Sumba ia disebut kawona, sedangkan di ranah Minang ia juga dikenal dengan nama munggai.
Tumbuhan kelor ini berasa agak pahit, bersifat netral dan tentu saja tidak beracun. Kulit akarnya mengandung minyak terbang. Biji tumbuhan kelor mengandung minyak behen, dan terdapat myrosine, emulsine, alkaloida pahit tak beracun, serta vitamin A,B1,B2 dan C pada sel-sel tertentu. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kelor adalah sebagai anti-inflamasi, anti-piretik dan antiskorbut.
Daun Kelor pada umumnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Di daerah Madura, ia biasa digunakan sebagai sayur berkuah sebagai teman makan siang yang kenal dengan nama Ghangan Maronggih (Sayur Kelor). Namun Selain dimanfaatkan untuk sayuran, akar, daun serta bijinya juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit.
Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama sekali tidak mengandung zat berbahaya.
Bahkan di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun katuk. Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel. Dengan perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada bayam.
Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau panjang sekalipun.
Tumbuhan kelor ini berasa agak pahit, bersifat netral dan tentu saja tidak beracun. Kulit akarnya mengandung minyak terbang. Biji tumbuhan kelor mengandung minyak behen, dan terdapat myrosine, emulsine, alkaloida pahit tak beracun, serta vitamin A,B1,B2 dan C pada sel-sel tertentu. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kelor adalah sebagai anti-inflamasi, anti-piretik dan antiskorbut.
Daun Kelor pada umumnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Di daerah Madura, ia biasa digunakan sebagai sayur berkuah sebagai teman makan siang yang kenal dengan nama Ghangan Maronggih (Sayur Kelor). Namun Selain dimanfaatkan untuk sayuran, akar, daun serta bijinya juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit.
Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama sekali tidak mengandung zat berbahaya.
Bahkan di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun katuk. Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel. Dengan perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada bayam.
Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau panjang sekalipun.
Seperti di Lembah Rift untuk lahan seluas satu hektar hanya ditanamkan antara 30-50 batang, karena di antara pohon kelor tersebut ditanamkan pula tanaman lainnya penghasil pangan, seperti sorgum, jagung, bahkan tanaman lain untuk sayuran, khususnya kacang-kacangan. Maka, dengan cara ini karena pohon kelor memiliki kemampuan menyerap air tanah walau dari kandungan yang sangat minim hingga tanah menjadi lembab, tanaman lainnya akan ikut menjadi tumbuh subur. Apalagi kalau pohon kelor sudah besar dan tinggi, akan berfungsi pula sebagai pohon lindung ataupun pohon rambatan.
Di kawaan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering. Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kemarau “tabungan” air sekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana longsor jarang terjadi. Sama seperti di Lembah Rift, di kawasan ini pun pada lahan di antara pohon kelor dijadikan untuk penanaman banyak jenis tanaman pangan, antara lain jagung dan sorgum, juga sayuran, serta lebih jauhnya lagi untuk tanaman industri seperti kopi, kapas, lada, bahkan tebu.
Sangat unik adalah kebiasaan penduduk sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter persegi saja. Sehingga pohon kelor hanya dijadikan pagar hidup, pembatas tanah ataupun pohon perambat sama seperti di Indonesia. Akan tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung digunakan sebagai sayuran, maka bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor.
Juga pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit jantung.
Di kawaan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering. Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kemarau “tabungan” air sekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana longsor jarang terjadi. Sama seperti di Lembah Rift, di kawasan ini pun pada lahan di antara pohon kelor dijadikan untuk penanaman banyak jenis tanaman pangan, antara lain jagung dan sorgum, juga sayuran, serta lebih jauhnya lagi untuk tanaman industri seperti kopi, kapas, lada, bahkan tebu.
Sangat unik adalah kebiasaan penduduk sekitar Arba Minch yang memiliki lahan terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha atau 1.000 meter persegi, atau hanya ratusan bahkan puluhan meter persegi saja. Sehingga pohon kelor hanya dijadikan pagar hidup, pembatas tanah ataupun pohon perambat sama seperti di Indonesia. Akan tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung digunakan sebagai sayuran, maka bunganya akan tetap dipelihara hingga menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor.
Juga pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor sebagai bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya sangat baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun tekanan darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun tekanan darah tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit jantung.
Manfaat daun kelor
Ada berita menggembirakan tentang rencana pengusaha Jepang untuk membuka “kebun kelor” seluas 10.000 hektar (ha) di Kabupaten Musibanyuasin, Sumatera Selatan. Bukan karena kelor yang asalnya hanya merupakan tanaman pagar atau batas tanah ataupun perambat tanaman (lada, sirih, dan sebagainya), sekarang berubah menjadi tanaman bernilai ekonomi yang diminati pengusaha luar negeri antara lain Jepang, tetapi juga peribahasa “dunia tidak selebar daun kelor” ternyata menjadi “pohon kelor merambah bisnis dunia”.Di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan.
Sebagai tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya kemudian digiling-dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan.
Sedangkan sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea. Bahkan, biji tua bersama dengan kulit jeruk dan buah pala, akan dapat menjadi “spiritus moringae compositus” yang digunakan sebagai stimulans, stomachikum, carminativum sampai diuretikum. Sejak awal tahun 1980-an oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITB, biji kelor digunakan untuk penjernihan air permukaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke air sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan. Oleh karena rangkaian penelitian terhadap manfaat tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal tahun 1980-an telah dimulai. Saat itu fokus penelitian ditujukan kepada program pengadaan air jernih untuk para pemukim di kawasan pantai atau pesisir, khususnya di kawasan transmigrasi yang mengandalkan air payau atau gambut berwarna kecoklatan sebagai sumber air minum.
Di lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup dengan cara setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung ditancapkan ke dalam tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun batang perambat. Walau semaian biji tua dapat dijadikan bibit, umumnya jarang dipergunakan. Disamping itu, manfaat lain dari batang bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk melumerkan atau menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat tidur”, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis tubuhnya akan lumer atau hilang.
Perlu untuk diketengahkan manfaat biji kelor yang sudah mulai dikembangkan melalui Program UNDP, yaitu sebagai bahan pengendap/koagulator untuk menjernihkan air secara cepat, murah dan aman, seperti di ITB.
Yaitu dengan nilai pH yang berbeda, maka antara 100-150 mg bubuk/serbuk/liter air, memberikan hasil turbiditas tinggi pada air (800-10.000 FTU), kalau dibandingkan dengan koagulan umum seperti Al2(SO4)3 yang baru efektif pada pH 7 saja.
H Unus Suriawiria, Dosen senior IPB yang mendalami bioteknologi dan agroindustri
Kelor – Moringa oleifera Lamk
Tanaman Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) berupa pohon kecil dengan tingi 3-8 meter. Daun kelor berwarna hijau pucat menyirip ganda dengan anak daun menyirip ganjil dan helaian daunnya bulat telur. Bunga kelor berupa malai yang keluar dari ketiak daun, sedangkan buahnya menggantung sepanjang 20-45 cm dan isinya sederetan biji bulat, tetapi bersayap tiga.
Selama ini, akar tanaman kelor berkhasiat untuk peluruh air seni, peluruh dahak, atau obat batuk, peluruh haid, penambah nafsu makan, dan pereda kejang.
Daun kelor mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit (rubifasien) sehingga sering digunakan sebagai param yang menghangatkan dan mengobati kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika daun segarnya dilumatkan, lalu dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah, maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik.
Selain itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar ASI. Oleh karena itu, untuk melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang dimasak sebagai sayur.
Biji kelor berkhasiat mengatasi muntah. Biji kelor yang masak dan kering mengandung pterigospermin yang lebih pekat sampai bersifat germisida.
Penelitian Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawan menunjukkan bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan Salmonella typymurium. Karena itu di Afrika, biji kelor dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Caranya, yaitu dengan cara mengendapkan air keruh yang diduga tercemar, kemudian ditaburi serbuk biji kelor sebanyak 200 mg/liter dan diaduk sampai larut.
Kemudian buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi lidah orang Jawa.
Bagian tanaman kelor yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah daunnya. Bahkan, masyarakat di pedesaan memanfaatkan daun kelor itu untuk sayur asam dan lalapan. Daun kelor mentah yang digiling halus, kemudian dijadikan bedak atau campurkan dengan bedak, maka dapat menghilangkan noda hitam di kulit wajah.
sekian..
Daun kelor mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit (rubifasien) sehingga sering digunakan sebagai param yang menghangatkan dan mengobati kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika daun segarnya dilumatkan, lalu dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah, maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik.
Selain itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar ASI. Oleh karena itu, untuk melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang dimasak sebagai sayur.
Biji kelor berkhasiat mengatasi muntah. Biji kelor yang masak dan kering mengandung pterigospermin yang lebih pekat sampai bersifat germisida.
Penelitian Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawan menunjukkan bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan Salmonella typymurium. Karena itu di Afrika, biji kelor dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Caranya, yaitu dengan cara mengendapkan air keruh yang diduga tercemar, kemudian ditaburi serbuk biji kelor sebanyak 200 mg/liter dan diaduk sampai larut.
Kemudian buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi lidah orang Jawa.
Bagian tanaman kelor yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah daunnya. Bahkan, masyarakat di pedesaan memanfaatkan daun kelor itu untuk sayur asam dan lalapan. Daun kelor mentah yang digiling halus, kemudian dijadikan bedak atau campurkan dengan bedak, maka dapat menghilangkan noda hitam di kulit wajah.
sekian..