Perubahan budaya merupakan topik yang besar dan kian populer saat ini. Banyak departemen dalam perusahaan yang berambisi untuk memimpin bidang ini, mulai dari sumber daya manusia, manajemen perubahan, keuangan, desain organisasi, hingga manufaktur. Setiap departemen mencoba strategi masing-masing, namun semuanya menghadapi masalah yang sama:

"Budaya menentukan dan membatasi strategi"
– Edgar H. Schein, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan, 1985

Jadi, mengapa budaya terus menegaskan kembali dirinya, meskipun banyak upaya manajemen perubahan yang dilakukan? Konsultan internal, konsultan eksternal, pemimpin karismatik, pemimpin yang melayani, dan berbagai model kepemimpinan lainnya semuanya telah dicoba. Namun, tetap saja budaya yang ada sulit diubah. Mengapa demikian?

Seringkali, upaya perubahan budaya fokus pada perubahan perilaku. Memang benar bahwa perilaku perlu diubah, namun mengapa perubahan budaya tidak terjadi meskipun banyak individu yang terampil mengubah perilaku mereka?

Johnson dan Scholes mengusulkan sebuah model budaya dalam jaringan budaya mereka. Model ini menekankan bahwa banyak aspek yang berkontribusi terhadap budaya, dan sangat penting untuk menghubungkan masing-masing aspek jaringan budaya dengan nilai-nilai dan keyakinan yang diperlukan untuk budaya baru kita.

Salah satu aspek dari jaringan budaya Johnson dan Scholes yang sering diabaikan adalah Cerita.

Dalam setiap aspek kehidupan, kita selalu bercerita. Cerita-cerita ini tumbuh menjadi sejarah lisan yang mencerminkan nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari bisnis. Sebagai agen perubahan, kita bekerja keras untuk mengubah perilaku, namun seberapa besar upaya yang kita lakukan untuk mengubah cerita yang disampaikan? Jika kita mengubah perilaku yang bertentangan dengan cerita dalam bisnis, kita akan menetapkan perilaku baru yang bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan historis bisnis tersebut.

Akibatnya, kita mendengar komentar seperti "Saya tahu kita tidak seharusnya mengatakan ini, tapi..." atau melihat para pemimpin bisnis yang lebih berpengalaman mengerutkan bibir atau menggelengkan kepala ketika proses atau perilaku baru diterapkan. Cerita-cerita lama tetap ada, bahkan jika tidak lagi sering diceritakan, mereka masih tersebar di sudut-sudut sepi dan di antara kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok ini saling tumpang tindih, sehingga cerita lama masih diceritakan sebagai bagian dari sejarah bisnis, sementara perilaku baru dianggap sebagai "tren terkini" yang tidak perlu terlalu diikuti.

Jadi, Apa yang Harus Diubah?

Anda tidak bisa menghilangkan cerita-cerita lama karena merupakan bagian dari sejarah lisan bisnis. Sebaliknya, ubahlah perspektif cerita tersebut! Jangan hanya fokus pada perubahan perilaku, pastikan cerita yang diceritakan dalam bisnis mencerminkan perubahan nilai dan keyakinan. Kita perlu mengisahkan dan mengulang cerita-cerita tersebut dengan cara yang mengubah interpretasi dan pemahaman tentang cerita itu.

Misalnya, jika Anda memiliki budaya pahlawan yang menekankan bagaimana orang-orang menerobos birokrasi untuk menemukan solusi, hanya mengatakan kepada orang-orang untuk tidak menceritakan kisah tersebut tidak akan berhasil. Menyuruh mereka untuk mematuhi birokrasi juga tidak akan berhasil. Ubah penekanan cerita agar sesuai dengan sistem kepercayaan baru. Tambahkan elemen cerita, misalnya, bahwa meskipun hasilnya cemerlang, terdapat risiko besar bagi bisnis karena hilangnya dokumen, dan kita beruntung bisa lolos dari hal tersebut. Ketika Anda memiliki contoh birokrasi yang mengendalikan proses dan mencegah kesalahan, tambahkan aspek positif bahwa penggunaan birokrasi telah memungkinkan bisnis memenuhi kebutuhan pelanggan.

Ketika perubahan tertanam, cerita-cerita tersebut berubah selamanya. Realitas tidak berubah, tidak ada penipuan, kita hanya menafsirkan cerita lama sesuai dengan nilai-nilai baru kita. Sambil kita menceritakan kisah-kisah baru yang mendukung nilai-nilai dan keyakinan baru.

Dengan cara ini, kita mempercepat perubahan budaya dengan menambahkan cerita baru dan memodifikasi penafsiran cerita lama agar sesuai dengan perubahan budaya dan keyakinan yang tertanam dalam bisnis. Namun, berhati-hatilah, jika Anda hanya menyuruh orang untuk menafsirkan cerita secara berbeda, Anda hanya akan menyembunyikannya. Interpretasi baru harus muncul melalui kolaborasi bercerita dengan orang-orang yang menjaga keyakinan bisnis dan digunakan untuk menghilangkan konflik antara nilai-nilai baru dan lama dengan cara yang positif untuk diskusi dan debat.

Singkatnya, jika Anda ingin mengubah cara bisnis Anda berperilaku, ubahlah kisah-kisah yang diceritakan di dalam dan oleh bisnis tersebut, baik yang baru maupun yang lama.

Cerita apa yang akan Anda ubah hari ini?