Do-it-yourself adalah istilah bahasa Inggris yang secara harfiah berarti "lakukan sendiri". Istilah ini sangat populer di negara-negara maju, karena tingginya ongkos kerja.
Kebanyakan orang di Inggris sekarang ini lebih suka atau terpaksa melakukan hampir segala hal sendiri, tanpa minta tolong orang lain. Dari pasang jendela rumah, buat rak buku, bongkar-pasang mesin mobil, dan yang paling belakangan 'mengobati diri'.
Do-it-yourself dalam pelayanan kesehatan meningkat pesat di Inggris, dengan melonjaknya penjualan piranti-piranti pemeriksa kesehatan yang bisa dikantongi orang untuk dibawa pergi kemana saja. Saya lihat di Indonesia pun semakin banyak toko menawarkan alat-alat itu.
Gejala baru ini memaksa para dokter untuk mengubah sikap dalam menghadapi pasien-pasien yang datang dengan pengetahuan yang cukup lengkap mengenai problim kesehatannya. Sementara itu pemerintah Inggris pun sudah mulai bergerak untuk mengubah cara pertolongan bagi pasien-pasien yang cukup cerdas berkat alat-alat pemeriksa itu.
Sebuah laporan oleh kelompok analyst pasar Mintel menyebutkan bahwa masyarakat Inggris kini menghabiskan dana sejumlah 55 juta pon atau sekitar 75 milyar rupiah per tahun untuk membeli alat-alat pemeriksa dan pendiagnosis diri.
Angka itu diperkirakan akan naik sampai 60 juta pon sterling pada tahun 2007, ketika semakin banyak orang yang membeli piranti-piranti seperti alat pemeriksa tekanan darah, pengetest kehamilan, perlengkapan ovulasi, pemantau lemak tubuh, pemeriksa kadar kolesterol dalam darah, pemantau kekuatan nafas untuk meneliti kesehatan paru-paru dan alat-alat yang digunakan oleh para penderita diabetes untuk mengukur glukosa darah dan kandungan gula dalam air kencing.
Boom pembelian perlengkapan pemeriksaan kesehatan ini diujung-tombaki oleh golongan muda. Riset konsumen menunjukkan, bahwa mereka yang berusia antar 25 dan 34 tahun hanya akan pergi ke dokter kalau mereka baru benar-benar sakit.
Tidak seperti orang-orang yang sudah tua, mereka ini masih memerlukan jaminan diterima oleh sang dokter. Para manula tokh sudah menjadi langganan dokter, kata riset ini.
"Dewasa ini banyak orang semakin 'sadar-sehat' dan sering mencoba untuk jatuh sakit sebelum penyakit menyerangnya. Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati sakit," kata Jenny Catlin, seorang analyst pada Mintel.
Kaum muda itu juga menyadari, bahwa menemukan gejala secara dini bisa sangat memperbesar kemungkinan untuk tetap sehat. Di samping itu, waktu penantian untuk bisa diterima oleh seorang dokter sering berarti bahwa 'bertemu dengan dokter itu tidak selalu mudah', yang ujung-ujungnya mendorong orang untuk cenderung, dalam tanda kutip: bertindak sendiri, itu tadi Do it Yourself.
Yang paling 'biasa' dari alat-alat itu tetaplah termometer - alat pengukur suhu badan, yang dimiliki oleh 4 dari setiap 10 orang di Inggris. Tetapi yang paling mendominasi pangsa pasar adalah alat pengetest kehamilan.
Tahun 2002 penjualan pengetest kehamilan mencapai 35 juta pon - naik 64 persen dibanding penjualan tahun 1998.
Pemeriksa tekanan darah juga naik dalam penjualan, 9 juta pon pada tahun lalu. Piranti ini kebanyakan dipakai oleh mereka yang sudah lebih tua, yang sudah dinyatakan mengalami 'hooge bloedruk' alias tekanan darah tinggi.
Tetapi beberapa kalangan yang lebih muda, yang tergila-gila dengan penjagaan kesehatan, juga kerap menyimpannya. Ini agar mereka bisa meningkatkan 'fitness' mereka.
Pengetes ovulasi - yang mengukur konsentrasi hormon dalam urin untuk menentukan kapan seorang
perempuan subur - terjual dengan nilai 5,3 juta pon per tahun. Banyak wanita yang sulit hamil, atau profesional muda yang ingin mengatur kehamilan agar selaras dengan pekerjaan mereka membeli alat ini.
Lima juta pon per tahun dibelanjakan untuk membeli monitor glukosa darah. Inilah alat yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang terkena penyakit gula. Dan alat-alat pengetest lainnya terjual dalam kwantitas yang lebih kecil - seperti alat pengukur nafas - peak flow meter - yang juga diperoleh melalui resep untuk warga Inggris yang diatur dalam program Dinas Pelayanan Kesehatan Umum atau NHS.
Mintel menyimpulkan : 1 dari setiap 7 orang dewasa memiliki 3 atau lebih produk diagnostik-diri di rumah. Yang paling banyak adalah pasien diabetes, mereka yang membutuhkan termometer dan yang memerlukan pemeriksa darah. Tetapi di kalangan kelompok 25-34 tahun, satu dari setiap 4 orang menyimpan 3 atau lebih alat pemeriksa itu.
Perhimpunan Dokter Inggris sementara itu menyatakan, bahwa orang yang datang ke dokter dengan pengetahuan cukup tentang kondisi kesehatan mereka menyita waktu sang dokter lebih cepat daripada yang tidak tahu.
Departemen Kesehatan Inggris, dalam hal ini, mendukung sekali gagasan kelompok Expert Patient Intiative, yang ingin membantu para penderita penyakit kronis, seperti asthma, diabetes dan athritis, yang jumlahnya 17 setengah juta orang.
Tujuannya adalah melibatkan para pasien untuk lebih mengobati diri. Badan tersebut memberik kursus- kursus untuk mereka itu di berbagai pelosok negeri.
Rosie Winterton, menteri kesehatan masyarakat, mengatakan, gagasan tersebut adalah BUKAN untuk menghemat dana, tetapi - seperti dikatakannya - bukti-bukti menunjukkan bahwa pasien dengan pelatihan tertentu untuk mengendalikan penyakit mereka lebih sehat daripada orang-orang yang hanya menggantungkan diri pada dokter.
Riset oleh Julie Barlow dari Coventry University mendapatkan, bahwa manfaat yang ada antara lain : efek samping yang lebih ringan, rasa sakit yang lebih ringan serta kepuasan yang lebih besar.
Kebanyakan orang di Inggris sekarang ini lebih suka atau terpaksa melakukan hampir segala hal sendiri, tanpa minta tolong orang lain. Dari pasang jendela rumah, buat rak buku, bongkar-pasang mesin mobil, dan yang paling belakangan 'mengobati diri'.
Do-it-yourself dalam pelayanan kesehatan meningkat pesat di Inggris, dengan melonjaknya penjualan piranti-piranti pemeriksa kesehatan yang bisa dikantongi orang untuk dibawa pergi kemana saja. Saya lihat di Indonesia pun semakin banyak toko menawarkan alat-alat itu.
Gejala baru ini memaksa para dokter untuk mengubah sikap dalam menghadapi pasien-pasien yang datang dengan pengetahuan yang cukup lengkap mengenai problim kesehatannya. Sementara itu pemerintah Inggris pun sudah mulai bergerak untuk mengubah cara pertolongan bagi pasien-pasien yang cukup cerdas berkat alat-alat pemeriksa itu.
Sebuah laporan oleh kelompok analyst pasar Mintel menyebutkan bahwa masyarakat Inggris kini menghabiskan dana sejumlah 55 juta pon atau sekitar 75 milyar rupiah per tahun untuk membeli alat-alat pemeriksa dan pendiagnosis diri.
Angka itu diperkirakan akan naik sampai 60 juta pon sterling pada tahun 2007, ketika semakin banyak orang yang membeli piranti-piranti seperti alat pemeriksa tekanan darah, pengetest kehamilan, perlengkapan ovulasi, pemantau lemak tubuh, pemeriksa kadar kolesterol dalam darah, pemantau kekuatan nafas untuk meneliti kesehatan paru-paru dan alat-alat yang digunakan oleh para penderita diabetes untuk mengukur glukosa darah dan kandungan gula dalam air kencing.
Boom pembelian perlengkapan pemeriksaan kesehatan ini diujung-tombaki oleh golongan muda. Riset konsumen menunjukkan, bahwa mereka yang berusia antar 25 dan 34 tahun hanya akan pergi ke dokter kalau mereka baru benar-benar sakit.
Tidak seperti orang-orang yang sudah tua, mereka ini masih memerlukan jaminan diterima oleh sang dokter. Para manula tokh sudah menjadi langganan dokter, kata riset ini.
"Dewasa ini banyak orang semakin 'sadar-sehat' dan sering mencoba untuk jatuh sakit sebelum penyakit menyerangnya. Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati sakit," kata Jenny Catlin, seorang analyst pada Mintel.
Kaum muda itu juga menyadari, bahwa menemukan gejala secara dini bisa sangat memperbesar kemungkinan untuk tetap sehat. Di samping itu, waktu penantian untuk bisa diterima oleh seorang dokter sering berarti bahwa 'bertemu dengan dokter itu tidak selalu mudah', yang ujung-ujungnya mendorong orang untuk cenderung, dalam tanda kutip: bertindak sendiri, itu tadi Do it Yourself.
Yang paling 'biasa' dari alat-alat itu tetaplah termometer - alat pengukur suhu badan, yang dimiliki oleh 4 dari setiap 10 orang di Inggris. Tetapi yang paling mendominasi pangsa pasar adalah alat pengetest kehamilan.
Tahun 2002 penjualan pengetest kehamilan mencapai 35 juta pon - naik 64 persen dibanding penjualan tahun 1998.
Pemeriksa tekanan darah juga naik dalam penjualan, 9 juta pon pada tahun lalu. Piranti ini kebanyakan dipakai oleh mereka yang sudah lebih tua, yang sudah dinyatakan mengalami 'hooge bloedruk' alias tekanan darah tinggi.
Tetapi beberapa kalangan yang lebih muda, yang tergila-gila dengan penjagaan kesehatan, juga kerap menyimpannya. Ini agar mereka bisa meningkatkan 'fitness' mereka.
Pengetes ovulasi - yang mengukur konsentrasi hormon dalam urin untuk menentukan kapan seorang
perempuan subur - terjual dengan nilai 5,3 juta pon per tahun. Banyak wanita yang sulit hamil, atau profesional muda yang ingin mengatur kehamilan agar selaras dengan pekerjaan mereka membeli alat ini.
Lima juta pon per tahun dibelanjakan untuk membeli monitor glukosa darah. Inilah alat yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang terkena penyakit gula. Dan alat-alat pengetest lainnya terjual dalam kwantitas yang lebih kecil - seperti alat pengukur nafas - peak flow meter - yang juga diperoleh melalui resep untuk warga Inggris yang diatur dalam program Dinas Pelayanan Kesehatan Umum atau NHS.
Mintel menyimpulkan : 1 dari setiap 7 orang dewasa memiliki 3 atau lebih produk diagnostik-diri di rumah. Yang paling banyak adalah pasien diabetes, mereka yang membutuhkan termometer dan yang memerlukan pemeriksa darah. Tetapi di kalangan kelompok 25-34 tahun, satu dari setiap 4 orang menyimpan 3 atau lebih alat pemeriksa itu.
Perhimpunan Dokter Inggris sementara itu menyatakan, bahwa orang yang datang ke dokter dengan pengetahuan cukup tentang kondisi kesehatan mereka menyita waktu sang dokter lebih cepat daripada yang tidak tahu.
Departemen Kesehatan Inggris, dalam hal ini, mendukung sekali gagasan kelompok Expert Patient Intiative, yang ingin membantu para penderita penyakit kronis, seperti asthma, diabetes dan athritis, yang jumlahnya 17 setengah juta orang.
Tujuannya adalah melibatkan para pasien untuk lebih mengobati diri. Badan tersebut memberik kursus- kursus untuk mereka itu di berbagai pelosok negeri.
Rosie Winterton, menteri kesehatan masyarakat, mengatakan, gagasan tersebut adalah BUKAN untuk menghemat dana, tetapi - seperti dikatakannya - bukti-bukti menunjukkan bahwa pasien dengan pelatihan tertentu untuk mengendalikan penyakit mereka lebih sehat daripada orang-orang yang hanya menggantungkan diri pada dokter.
Riset oleh Julie Barlow dari Coventry University mendapatkan, bahwa manfaat yang ada antara lain : efek samping yang lebih ringan, rasa sakit yang lebih ringan serta kepuasan yang lebih besar.
Post a Comment
Write You comment here! Please...