poin poin penting Ajaran Syekh Siti Jenar
Berikut ini beberapa dari sekian banyak ajaran beliau Syeks Siti Jenar, sengaja saya hanya posting beberapa ajaran beliau.
051. ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi, wjud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.
024. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
033. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.
036. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.
037. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos, dunia
akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia,
jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu
berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala
al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.
038. Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang
menyamai. Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik
luar maupun dalam merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.
039. Iradat artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk
mengetahui keadaan, yang lepas jah dari panca indra bagaikan anak
gumpitan lepas tertiup.
040. Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha
berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad
berartihasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.
041. Mengertilah bahwa sesungguhnya inisyahadat sakarat, jika tidak
tahu maka sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya
hanya sperti hewan.
042. Syahadat allah, allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur
menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa
lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata
yang abadi dan terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
043. Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk
wajahku, Ilallah Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu
badan dan nyawa seluruhnya. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
044. Syahadat Panetep Panatagana yaitu, yang menjdai bertempatnya
Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu
sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna. (Terjemahan dalam
Bahasa Indonesia).
045. Kenikmatan mati tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi
terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru
bagi ilmu orang remeh…..
046. Segala sesuatu yang wujud, yang tersebar di dunia ini,
bertentangan denga sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu
angkasa yang hampa.
047. Shalat limakali sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan
kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah
pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang
dimiliki.
048. Pada permulaan saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya
dzikir, budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang,
kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha
yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana
yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.
050. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid
mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal,
kepala, berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini
semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka duka, menderita
sakit dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh
karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu
Gusti Dzat Maulana.051. ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak. Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi, wjud yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang sejati.
055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat dihitung.
056. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat
najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman
hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal
dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal
dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak
jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki,
bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan
kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam
kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya
manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.
057. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang,
dan sumsum busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun
bersembahyang seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun
badan Anda, Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan
bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang
dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat
dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah
perbuatan Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada
hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang
menganggap bahwa yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari
selain Allah. Oleh karena itu Af’al allah harus dipahami dari dalam dan
dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di
situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh
Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang
terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar kemampuan kodrati
gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau yang melempar,
melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.
059. Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan
menjadi rusak dan bercampur tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang
dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa
seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti itu sudah ada dalam diriku,
siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya
untuk saat ini nama kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati.
Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang
tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri.
Bial kamu belum menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat
dikatakan bahwa kamu masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang
terdapat banyak hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang
menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya
akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung
kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang
terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam
kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada
kehidupan.
060. Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa
nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku
bagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur
debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali
sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru.
061. Bumi, langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia.
Manusialah yang memberi nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
062. Sesungguhnya pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran
Islam dengan Syiwa Budha. Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang
berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal
Keselamatan, sementara dalam Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as
Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan
Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq. Syiwa
sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita
mengenal al Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih
disebut Sankara, maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063. Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir
papa, yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan
apa-apa.
064. Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah,
jangan engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang
diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka
keberadaab dirinya sebagi manusia telah lenyap, tenggelam ke
dalam al Waly.
065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam
al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam
al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al Waly.
Lanaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur
dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sediri pada hakekatnya
pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu pila yang dinamakan karamah
adalah sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata
kehendak-Nya mutlak.
066. Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan,
kelihatan sekali terangnya. Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata,
mata kita akan silau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin
dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin buta tidak bisa
melihatnya.
067. Engkau bisa melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh
darimu. Nemun engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar
dari diri orang-orang yang terdekat denganmu.
068. Saya hanya akan memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk
meniti jembatam (shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan
ajaib karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak
mereka yang meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.
069. Bagi kalangan awan, istighfar lazimnya dipahami ebagai upaya
memohon ampun kepada Allah sehingga mereka memperoleh pengampunan.
Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya pembebasan dari belenggu
kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh ampun yang menyingkap tabir
ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al Ghaffar
terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha
Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070. Semua itu terika itu benar, hanya nama dan caranya saja yang
berbeda. Justru ”cara” itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik
melihat menilai terlalu tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan
”cara” yang lain.
071. Semua rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah
makhluk yang hidup di atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh
lapis langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana bumipun berlapis
tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh.
Tidakkah anda ketahui bahwa suragapun berjumlah tujuh. Tidakkah Anda
ketahui bahwa dalam beribadaaah kepada Allah manusia diberi piranti
tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang
dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan
Anda yang menjadi tumpuan?
072. Di dunia manusia mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam
kematian, mengharap-harap akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan
sekali. Tetapi sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian,
sebab di dunia ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas,
dingin, kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang
nyata.
073. Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada
diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia beberbuat menurut keingginan
sendiri tiada berasal dari angin, air tanah, api, dan semua yang serba
jasad. Ia tidak menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun.
Maka apa yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut
pikiran dan perbuatan.
074. Orang-orang muda dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta
iblis laknat, kafir, syetan, dan angan-angan yang muluk-muluk, yang
menuntun mereka ke yang bukan-bukan. Orang jatuh ke dalam neraka dunia
karena ditarik oleh panca indera, menuruti nafsu catur warna : hitam,
merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar sekali, yang masuk
ke dalam jiwa raganya.
075. Saya merindukan hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada
terbayangkang, tiada kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam,
merah, putih, hijau, biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan
saya yang dulu? Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah
payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat
baru.
076. Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena
saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.
077. Keinginan baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman
)’aliman). Betul-betul terasa amat berat di alam kematian ini. Panca
pranawa kudus, yaitu lima penerangan suci, semua sifat saya, baik yang
dalam maupun yang luar, tidak ada yang saya semuanya iti berwujud
najis, kotor dan akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut
dalam alam kematian ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca
indera, menggunakan keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga
saya hampir tergila-gila dalam dan kematian ini.
078. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca
indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang
mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat
najis, oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman
hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal
dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal
dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak
jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki,
bahkan merusak kebahagian orang lain. Dengki juga akan menimbulkal
kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam
kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya
manuasia biasanya baru menyesali perbuatannya.
079. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum,
bisa merusak dan bagaimana cara anda memperbaikinya. Biarpun
bersembahyang seribu kali tiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun
badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan
bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang
dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan
tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat
tatanan baru.
080. mayat-mayat berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur,
mencari makan dan sandang yang bagus dan permata serta perhiasan yang
berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka.
Yang naik kereta, dokar atau bendi itu juga mayat, meskipun seringkali
ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081. Orang yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya
raya, mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan
bangga. Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia
akan musnah menjadi tanah. Meskipun demikia ia bersifat sombong lagi
congkak. Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan
sifat-sifat dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang
paling cukup pandai.
082. Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial.
Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan
dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya
Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala
surga serta neraka.
083. ”Keadaan itulah yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat
Syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha
untuk mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan
kebahagian dan kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok
dengan dalil Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu.
Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena
pahala surga serta neraka.
085. Surga neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya
hanya dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah surga,
adapun neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka
terdapat dia akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan
akal.
086. Sesungguhnya, meurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak
kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu adalah kalangan awam.
Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang
wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.
087. Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga
oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah
(taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya
hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga
yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh
surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im,
al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan
orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di
dunia.
088. Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang
meyakini adanya Alam Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan
jumlahnya sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika
dalam ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala,
Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam
juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar,
Jahim, dal Wail.
089. Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita
pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi
dengan perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut
sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat
atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090. Yang saya sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat
penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di
dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang
bukan adanya zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam
keadaan hidup semua.
091. Untuk keadaan kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari
bergantinya keadaan saja. Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat.
Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh, jadi semua roh itu kalau sudah
menjadi satu hanya tinggal kesempurnaannya saja.
092. Moksanya roh saya sebut mati, karena dari roh itu terwujud
keberadaan Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh itu adalah musnahnya
Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat hanya yang waspada dan tepat
yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya
semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya masing-masing.
093. Ketahuilah, bahwa surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari
keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang
sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.
094. Saya berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini
sama sekali berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur
itu terletak dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk
dalam kereta yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu,
sedang seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang
dangangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam
lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul,
menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke
Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia.
Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala,
dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095. Orang disurga segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian
serba enak, karena kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana
saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau
suaminya dan anak-anaknya.
096. Manusia yang sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan
Tuhan yang Maha Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia
menjadi sukma, sedang Hyang Sukma menjadi nyawa. Hilangnya nyawa
bersatu padu dengan hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.
097. Adanya Allah karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi
tidak tahu akan adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut
Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan
terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya. Maka dalam hati timbul gagagasan,
bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam alam
kelanggengan yang masih di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya
manusia yang ada. Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir,
tidak ada, jadi gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah
yang demikian itu hanya karena nama saja.
098. Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat,
sehingga dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah
campur. Di samping itu roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran
lagi mengerti akan hal ini dan semua sangat mudah dipahami.
099. Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya mengadapai dua masalah
yang saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu,
hidup berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.
100. Orang hidup tiada mersakan ajal, orang berbuat baik tiada
merasakan berbuat buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal.
Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang meliputi cakrawala
kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian, hidup
terserah kehendak masing-masing.
101. Keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung
seisinya, semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di
mana-mana, matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia
sebagai yang terutama.
102. Allah bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104. Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan.
Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua
berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama
sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud
mereka tidak diketahui.
105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.
106. Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu
hidup yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan
tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tentram
bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan
bahaya apapun.
107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.
108. Mana ada Hyang Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi.
Yang ada saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa
kawan yang menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di dunia ini mati, luar dlam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.
110. Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih
bagi murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan mengusai
sebelumnya. Di sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya
di sini.
111. Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam kehingan,
tersimpan dati sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan
tidur, ibarat kaluar dari mimpi, menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak boleh berbohong.
114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain.
117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.
123. Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang
sungguh nyata dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya
buah kamumu. Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan
dilahirkan olehnya.
124. tetapi yang kau lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh
mutiara bercahaya indah, yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala,
itu dinamakan pramana. Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan
badan, tetapi tidak ambail bagian dalam suka dan dukanya. Ia berada di
dalam badan.
125. Tanpa turut tidur dan makan tanpa menderita kesakitan atau
kelaparan. Bila ia terpisah dari badan, maka badan ikut tertinggal
tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia
dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan yang
dipandang sebagai rahasia rasa nya Dzat.
126. Penggosokan terjadi karena digerakkan oleh agin. Dari kayu yang
menjadi panas muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari
kayu. Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat
diraba dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan
tersembunya…..
127. Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di
tepi laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta
alam yang menjdai pusat perhatiannya. Karena kecewa belum dapat
berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan tidur.
128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh
dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan ber-paes. Cermin
batin jauh lebih dekat.
129. Siang malam terus menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada
hentinya terdengarlah pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka
mencari tempat lain dan melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar
biasalah usaha mereka, hanya Penciptalahyang menjadi pusat
pandangannya.
130. Badan cacat kita cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi
keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma
tidak tampak, yang nampak hanya adan.
131. Cermin batin itu bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa.
Cermin ini sangat istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau
mengetahui badan yang sejati itulah yang dinamakan kematian terpilih.
132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.
133. Sukma tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia
jauh kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak
kelihatan, karean antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang
meresapi segala-galanya.
134. Hyang Sukma Purba menyembunyikan Diri terhadap peglihatan,
sehingga ia lenyap sama sekali dan tak dapat dilihat. Kontemplasi
terhadap Dia yang benar lenyap dan berhenti. Jalan untuk menemukan-Nya
dilacak kembali dari puncak gunung.
135. Tetapi Hyang Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun
dari gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun
Dia tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan
kerinduan.
136. Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil agar
tiada ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di dalam
penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir
penutup alam gaib, laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang
sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi.
Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam itu berarti telah
menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan
kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia
telah kembali ke asal mulanya…..
137. Mati raga orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam
kesunyian hutan ialah hanya memperhatikan yang satu itu tanpa
membiarkan pandangan mereka menyinpang. Mereka tidak menghiraukan
kesukaran tempat tinggal mereka hanya Dialah yang melindungi badan
hidup mereka yang diperlihatkan. Tak ada sesuatu yang lain yang mereka
pandang, hanya Sang Penciptalah yang mereka perhatikan.
138. Yang menciptakan mengemudi dunia adalah tanpa rupa atau suara.
Kalbu manusia yang dipandang sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan
sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu terbelah menjadi dua.
Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.
139. Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau
baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan terseyum
seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati.
Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah
meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.
140. Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan,
serta mengenai adanya sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan
tulisan sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah.
Lalu apa yang masih mau dipandang. Tiadak ada lagi sesuatu. Maklumilah.
Post a Comment
Write You comment here! Please...